Dari Seminar 30 Oktober 2010 di Kemang , Jakarta.
Pembicara: Elly Risman, M.Psi (Yayasan Buah Hati)
Inilah isi Sharing kisah dari salah satu peserta seminar tersebut:
Pembicara: Elly Risman, M.Psi (Yayasan Buah Hati)
Inilah isi Sharing kisah dari salah satu peserta seminar tersebut:
Seminar dibuka dengan layar presentasi yang menayangkan contoh SMS anak
sekarang dengan bahasa membingungkan yang kini disebut bahasa ‘alay. Mungkin Anda berpikir, alaaah…SMS alay kan bisa dibaca, meskipun bikin
mata dan otak kerja keras dulu untuk tahu maksudnya. But NO! Tidak satu
pun dalam ruangan itu yang bisa membaca SMS di layar. Ternyata SMS itu harus dibaca harus dengan posisi HP terbalik (bagian atas HP menjadi bagian bawah)! Dan –siap-siap kaget-- isinya adalah:
”Hai, sayang, aku kangen nih. Udah lama kita GA ML (Making Love, alias bersetubuh-red)?, Yuk, mumpung bonyok lagi pergi, yuk kita ketemuan...”
Seisi ruangan seminar langsung heboh. Pembicara pun menjelaskan, “SMS sayang-sayangan? anak sekarang sudah
bukan lagi ‘I love you’ atau ‘I miss you’, tapi ‘Udah lama GA ML (making
love-Red)’. Ini baru awal seminar, tapi mata semua peserta sudah melotot lebar.
Selanjutnya, pembicara menegaskan bahwa anak-anak kita hidup di era digital. Banyak isi media elektronik dan cetak yang bisa diakses anak-anak, namun sebenarnya mengandung unsur pornografi. Pornografi bisa ‘mendatangi’ anak-anak kita melalui games, internet, ponsel, TV, DVD, komik maupun majalah:
• Games. Berdasarkan penelitian, games pada abad ke-21 menampilkan
gambar yang lebih realistis, pemain bisa memilih karakter apa saja yang
tak ada di dunia nyata. Games juga menuntut keterampilan lebih kompleks
dan kecekatan lebih tinggi. Ini semua memberikan tingkat kepuasan dan
kecanduan yang lebih besar.
Catatan dari pembicara:
Super hati-hati dengan games anak-anak Anda!
a. Ada games action yang berisi permainan tembak-tembakan?, namun
ternyata jika anak kita berhasil mencapai level akhir, bonus di akhir
levelnya adalah ML dengan PSK.
b. Ada games berjenis role playing
yang inti permainannya adalah tentang bagaimana ‘memperkosa paling
asyik’! Anak bisa memilih perempuan model apa yang diinginkan –si
perempuan tidak berbusana—lalu tinggal pilih bagian tubuh mana yang mau
dipegang pertama kali. Cursor berbentuk tangan yang digerakkan oleh
anak-anak kita.
Seisi ruangan seminar langsung heboh lagi. Gumaman ‘astagfirrullah?’ bertebaran di ruangan. Untuk menghindarinya,? pikir baik-baik jika Anda ingin membelikan games
untuk anak dan bila anak membeli games sendiri atau meminjam games dari
teman. Hati-hati jika di depan sekolah anak-anak atau di sekitar
lingkungannya ada warnet! Jenis games yang ada sangat murah dan gampang
didapat. Jenisnya sudah di luar perkiraan kita!
• Internet. Situs
porno bertebaran di dunia maya. Jangan salah, pembuatnya terkadang
anak-anak kita juga! Bahkan untuk mendapatkan uang, mereka menjual video
seks mereka sendiri!. Kami ditunjukkan ribuan video seks yang gampang diperoleh lewat internet.
Catatan dari pembicara:
a. Siapa bilang ML harus telanjang dan harus di tempat tidur/hotel ?
–> Kami ditunjukkan sekilas video ABG berseragam SMP, sedang ML di
tangga dan berpakaian lengkap!
b. Hamil? Siapa takut? –> Bisa aborsi!
• Ponsel. Video-video seks tersebar dengan mudah melalui ponsel.
Kapasitas ponsel yang besar memungkinkan si pemilik menyimpan file-file
berukuran besar seperti video dan gambar porno. Anak Anda bersih? Bisa
jadi dia medapat kiriman gambar/video dari temannya!
Pembicara kami, Ibu Elly, pernah didatangi seorang ibu yang syok karena menemukan gambar vagina seseorang di BB-nya. Setelah ditelusuri, itu milik temen sekolah (perempuan) putranya, yang sering meminjam BB beliau!
•
Televisi. Program TV yang masih pantas ditonton bisa dihitung dengan
satu tangan. Lainnya adalah program pembodohan, hantu, kekerasan dan
pornografi. Jangan salah, iklan pun bisa menyesatkan. Selain itu, jangan
anggap enteng sinteron/film Korea/Jepang! Lama-lama anak bisa ‘tercuci
otak’ dan terbiasa dengan kekerasan atau seks bebas!
• Komik. Ya,
komik memang bergambar kartun. Tapi soal cerita, ada komik-komik
tertentu yang tidak kalah ‘seram’ dari novel porno. Bahkan lebih
mengerikan karena didukung dengan gambar. Gambar sampul depan bisa jadi
tidak menyiratkan kepornoan apa pun. Tapi di dalamnya, ujung ceritanya
ternyata tentang seks bebas.
Dari survei yang telah dilakukan pembicara, salah satu judul games, komik, dan DVD yang masuk dalam kategori ‘bahaya’adalah NAR***. Hati-hati!
Apa tujuan semua ini? Apa yang ‘mereka’ inginkan dari anak-anak kita?
1. Yang mereka inginkan, anak dan remaja kita memiliki mental model porno.
2. Agar anak-anak kita mengalami kerusakan otak permanen, yang hasil akhir yang diincar adalah incest!
3. Sasaran tembak utama adalah anak-anak yang belum baligh.
Jika
anak-anak ini sudah mengalami 33--36 ejakulasi, mereka akan menjadi
pecandu pornografi. Merekalah pasar masa depan bagi industri pornografi:
Perfilman, majalah, musik, jaringan TV kabel, pembuat dan pemasar video
games.
Proses kecanduan dan akibatnya:
1. Di dalam otak ada
bagian yang disebut Pre Frontal Cortex (PFC). PFC adalah tempat
dibuatnya moral, nilai-nilai, rasa bertanggung jawab untuk perencanaan
masa depan, organisasi, pengaturan emosi, kontrol diri, konsekuensi dan
pengambilan keputusan. PFC akan matang pada usia 25 tahun.
2.
Sekali anak mencoba kenikmatan semu, maka ia akan kebanjiran hormon
dopamin (hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus). Akibatnya ia akan
merasa senang, tapi kemudian dalam hatinya timbul perasaan bersalah.
3. Saat anak merasa senang (kebanjiran dopamin), ia akan terganggu
dalam: Membuat analisa, penilaian, pemahaman, pengambilan keputusan,
makna hubungan, dan hati nurani. Akibatnya, spiritualitas atau imannya
akan terkikis. Anak pun ‘tumbang, memilliki mental model porno yang bisa
saja berujung pada incest!
4. Narkoba ‘hanya’ akan merusak tiga bagian otak , tetapi pornografi/?seks akan merusak lima bagian!
Kelalaian kita sebagai orang tua:
• Selama ini telah terjadi kesalahan budaya karena ada pemahaman bahwa yang mengasuh anak hanya ibu. Ayah mencari nafkah saja. Bila memang perlu, baru lapor ayah. Ini salah besar. Keluarga Indonesia memerlukan revolusi pengasuhan!
• Selama ini telah terjadi kesalahan budaya karena ada pemahaman bahwa yang mengasuh anak hanya ibu. Ayah mencari nafkah saja. Bila memang perlu, baru lapor ayah. Ini salah besar. Keluarga Indonesia memerlukan revolusi pengasuhan!
• Orang tua kurang menghabiskan waktu dengan
anak dan hanya menjadi weekend parent. Anak diikutkan les sana sini.
Pertanyaan orang tua ke anak hanya ‘Bagaimana les-nya tadi? Nilaimu
berapa, Nak? Kamu nggak bolos, kan?Kamu bisa ngerjain ujian hari ini?’
Akibatnya, anak-anak menjadi BLASTED (Boring–>Lazzy–?> Stressed!)
• Orang tua merasa cukup menyekolahkan anak-anak di sekolah berbasis
agama. Penerapannya? Nol besar! Orang tua menyuruh anak salat tepat
waktu, sementara orang tua salatnya bolong-bolong. Orang tua berbaju
tertutup, tapi anaknya main ke mal hanya memakai rok mini dan tanktop.
Anak disuruh les mengaji padahal orang tuanya tidak bisa mengaji!
• Orang tua terkadang hanyut dalam tren. Melihat teman-teman anak di
sekolah punya iPod, anak buru-buru dibelikan iPod juga. Orang tua malu
karena anaknya hanya punya ponsel jadul yang cuma bisa SMS dan telepon?
Anak pun dibelikan BB paling mutakhir.
• Orang tua bisanya
memfasilitasi anak dengan gadget terkini, tapi gagap teknologi alias
gaptek. Buktinya, baca SMS alay saja nggak bisa! Bagaimana mau mengawasi
anak? Karena itu, jadi orang tua harus gaul dan pintar.
• Orang
tua membelikan anak gadget/?perangkat teknologi tanpa tahu akibat
negatifnya, tanpa penjelasan dan tanpa persyaratan untuk anak.
•
Orang tua sekarang adalah generasi orang tua yang abai, generasi orang
tua yang pingsan! Yang penting anak sekolah,les, diam di rumah depan
komputer, games, ponsel dan TV. Yakin, anak Anda aman?
• Orang tua jarang bisa berkomunikasi secara baik dan benar dengan anak, tidak memahami perasaan anak dan remaja.
Menjadikan Anak Tangguh di era digital. Baca Tips BERIKUT
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon