Presiden John F Kennedy tewas
ditembak pada 22 November 1963. Kematian Kennedy masih menjadi misteri
hingga saat ini. Dia adalah sahabat dekat Presiden Soekarno. Kematian
Kennedy langsung mengubah peta politik dunia.
"Kennedy berpikiran progresif. Ketika aku membicarakan masalah bantuan
kami, dia mengerti. Dia setuju. Seandainya Presiden Kennedy masih hidup
tentu kedua negara tak akan berseberangan sejauh ini," kata Soekarno
menyesali tragedi ini dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams.
Sebagian pihak menilai pembunuhan Kennedy penuh nuansa politis. Apa hubungan Kennedy dengan penggalian emas PT Freeport?
Lisa Pease membeberkan hal itu dalam artikel berjudul 'JFK, Indonesia,
CIA, and Freeport' di majalah Probe tahun 1996. Tulisan ini juga
disimpan dalam National Archive di Washington DC.
Freeport
ternyata sudah lama mengincar Papua. Tahun 1959, perusahaan Freeport
Sulphur nyaris bangkrut karena tambang mereka di Kuba dinasionalisasi
oleh Fidel Castro. Dalam artikel itu disebut berkali-kali CEO Freeport
Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun
berkali-kali pula menemui kegagalan.
(Baca juga: Negara Terkaya di Dunia)
Di tengah kondisi perusahaan
yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat
sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur Pelaksana East
Borneo Company, Jan van Gruisen.
Gruisen bercerita dirinya
menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian
Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Disebutkan tembaga
di gunung ini tak perlu susah-susah digali. Ibarat kata tinggal meraup,
karena tembaga berada di atas tanah.
Wilson tertarik dan mulai
mengadakan survei ke Papua. Dia setengah gila kegirangan karena
menemukan gunung itu tak hanya berisi tembaga tapi emas! Ya, dia
menemukan gunung emas di Papua.
Tahun 1960, suasana di Papua
tegang. Soekarno berusaha merebut Papua dari Belanda lewat operasi
militer yang diberi nama Trikora. Freeport yang mau menjalin kerjasama
dengan Belanda lewat East Borneo Company pun belingsatan. Kalau Papua
jatuh ke Indonesia bisa runyam urusannya. Mereka jelas tak mau
kehilangan gunung emas itu.
Wilson disebutkan berusaha meminta
bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS itu malah kelihatan
mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob Kennedy untuk
menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua. JFK juga yang
mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot
mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan
dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran
akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut.
Agaknya Belanda pun tak tahu ada gunung emas di Papua sehingga mereka menurut saja disuruh mundur oleh AS. Kontrak Freeport pun buyar. Apalagi Soekarno selalu menolak perusahaan
asing menancapkan kaki mereka di Papua. Pada perusahaan minyak asing
yang sudah kadung beroperasi di Riau, Soekarno meminta jatah 60 persen
untuk rakyat Indonesia.
Kekesalan mereka bertambah, Kennedy akan
menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS
dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Sebutir peluru
menghentikan langkah Kennedy. Kebijakan pengganti Kennedy langsung
bertolak belakang. Indonesia pun makin jauh dari AS dan semakin mesra
dengan Blok Timur yang berbau komunis. Tragedi September 1965 menghancurkan Soekarno. Dia yang keras menolak modal asing, digantikan Soeharto
Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang
Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing
pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Ironisnya, pemerintah Indonesia hanya dapat jatah 1 persen. Kontras sekali dengan apa yang diperjuangkan Soekarno.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon