Dihukum ke tali gantung tapi masih mampu tersenyum



Inilah sebahagian daripada 529 wajah-wajah yang telah dihukum mati oleh mahkamah Mesir dua hari lepas.

Walaupun mereka dihukum ke tali gantung, wajah mereka masih mampu mengukirkan senyum. Apakah kekuatan yang ada pada mereka?. (
Sumber gambar dan berita : Aman Palestin on FB).
Maafkan saya yang untuk kedua kalinya share terkait Ikhwanul Muslimin. Maaf jika teman-teman ada yang tidak berkenan. Paling tidak, postingan ini berharap dapat melembutkan hati. Sebab di Mesir sana, ada saudara-saudara kita yang dihukum mati. Karena mereka mencoba menegakkan syari’at Islam.
Miris sekali saat ada yang berkata, “Itulah akibat demokrasi”. Apakah hati kalian telah mati, sehingga tega mengatakannya?.
Jika Yaser Barhami, pemimpin dakwah Salafy di Mesir menyebut tragedi Rab’ah dengan “simbol arogansi Ikhwan” dan menyebut Ikhwan sebagai “gerakan haus darah\alharaokah ad-damawiyyyah”.

Lebih menyakitkan lagi, perkataan Ali Gumu’ah, mantan Mufti Mesir dan dijuluki Syaikh kudeta yang mengatakan, “Ikhwanul Muslimin halal darahnya, karena melawan pemerintahan yang sah. Bahkan menyebut tentara sebagai mujahid.” Ungkapan ini tersebar luas dalam rekaman video khutbah Jumat di hadapan As-Sisi.

Syaikh Barhami, Syaikh Ali Gumuah, dan para syaikh kudeta lainnya benar-benar gelap mata. Mereka bukan hanya membiarkan pembantaian demi pembantaian, namun juga memberi restu dengan dalil-dalih Al-Qur’an dan Sunnah yang tentu sudah dijingkirbalikkan dari maksud aslinya.

Namun kader-kader Ikhwan yang jumlahnya jutaan, nampak tabah menghadapi ujian ini. Mereka seakan menyadari, fase sejarah yang terulang kembali sejak pembantaian anggota Ikhwan paska perjuangan melawan Yahudi.

“Setiap orang Ikhwan yang sekarang di penjara sudah menyadari bahwa mereka akan dapat giliran ‘hukuman mati’”. Tapi walau pun begitu mereka tetap tegar. Sekolah besar ‘Ikhwan’ memang mencetak manusia yang tidak takut kematian. Manusia yang tidak rela dan tidak nyaman hidup tunduk hina. Mereka manusia yang hidup merdeka di tengah dunia perbudakan modern.”

Kita di Indonesia, disuguhi fragmen perjuangan yang teramat langka. Kita seakan hidup di era perbudakan dan hanya Ikhwan Muslimin yang melawan bangkit. Sedangkan gerakan Islam yang lain, hanya sibuk dengan muktamar dan tentu kajian tauhid yang ujung-ujungnya mengkafirkan dan mengajak umat Islam tak peduli dengan nasib sesama. Tragis memang!.

by : Ust. Nandang Burhanudin
Kalau bukan karena iman..
Kalau bukan karena kecintaan mereka kepada Islam..
Kalau bukan karena rasa rindu perjumpaan dengan Alloh..
Kalau bukan karena berharap kelak bisa bersua dengan Rosululloh..

Lalu apa yang membuat mereka tersenyum?.

Semoga Alloh meridhoi dan syahid in syaa Alloh.
Previous
Next Post »
Powered by Blogger.